Define Yourself

Who are you now or later, the choice is yours.

Rabu, 07 Mei 2014

Journal #06

Hai semuanya!



Hahah~ Aku tidak tahu sejak kapan aku mempunyai waktu untuk menulis. Ya, benar... yang penting menulis, bukan menulis yang penting. Tidak perlu mengingatkanku, aku belum terlalu pikun asal tahu saja ya.

Oh, posting ini kutujukan untuk temanku. Haruskah aku berikan namanya? Haruskah? Aku ingin tahu.. Tapi sudahlah. Sebut saja Choi Sanra. Itu hanya nama koreanya, a.k.a nama samaran. Oke, jangan pedulikan itu. Yang jelas ini tentang orang itu.

Kami sempat terlibat beberapa pembicaraan kecil, yang kemudian mengarah kepada satu pertanyaan..
"Menurutmu, apa warnaku?"

Kalau saja ia berbicara tentang warna aura, aku akan menjawab bertanyalah pada dia yang bisa membacanya, sebab aku tidak bisa. Tapi sayangnya bukan, ini soal perspektif. Ah, aku tahu aku bukan master di bidang ini. Kalaupun dipikir-pikir, apa salahnya berbagi sedikit opini, huft?

Di sini aku hanya ingin berbagi sedikit tentang warna yang kutemukan dari pribadinya. Aku yakin di dunia ini ada segelintir orang yang memiliki kesamaan. Jadi, aku hanya ingin memposting apa yang kupikirkan tentang warnanya. Barangkali memang ada orang yang kebetulan sama, dan kuharap postingan ini akan membantu. Walau sedikit ragu, apa benar ada orang yang akan membaca. Sebab di era sekarang ini, siapa sih yang suka diberi kata-kata panjang yang menjemukan? Tapi, sudahlah... anggap saja kita tidak peduli dan tidak sedang ingin peduli soal itu.

Baiklah, warna miliknya adalah ORANGE  seperti warna matahari. Tidak, sebenarnya kalau kuibaratkan sih, dia mirip matahari. Somehow, some way? Anggap saja begitu. Haruskah kujabarkan? Baiklah. Ngomong-ngomong, karena ini adalah sebuah pendapatku. Monolog singkat atau apapun.. anggap saja aku sedang berbicara denganmu. Jadi perhatikan! 

1. The Sun is Bright 
Credit to it's rightful owner
- Matahari adalah sumber cahaya paling terang di muka bumi, siapapun tahu itu -
Seperti halnya matahari, kepribadianmu luar biasa terang. Dimanapun kamu berada, begitu melakukan satu saja aktivitas maka semua orang akan langsung mengenalimu. Orang pasti akan berpikir, "Oh, itu pasti kamu!", "Terdengar seperti suaramu!", "Sudah kuduga pasti kamu!" atau yang lainnya. Lihat? Kau sebenarnya sangat popular di kalangan manusia-manusia lainnya (eh?). Jadi, kenapa kamu masih suka kurang percaya diri, dan selalu merasa rendah? Kau tahu... menurut pandanganku sih, ketika kamu tahu kamu punya sesuatu di sekelilingmu, sebut saja mendapat sesuatu yang bagi orang lain sudah jadi luar biasa untuk didapatkan, dan kamu masih menganggap sangat amat remehnya dirimu hanya karena kamu ingin dilihat lebih tinggi atau setara dengan bulan (misalkan) adalah salah satu hal yang kupikir cukup merendahkan. Walaupun semua manusia pasti pernah mengalaminya. Ya, ya, kau tahu itu dan aku tidak berniat menasehatimu. Dalam hal ini, (menurutku) apa yang selalu hilang dari dirimu adalah "pengakuan diri". Oke, percaya diri sudah menjadi hal yang kadaluwarsa. Sebab apa? Kau tidak akan menjadi spontan ketika kau tidak percaya diri, yakinlah itu.

Sekarang, kapan kau akan mulai menerima dirimu sendiri? Kau ini matahari, sudahlah terima saja! Apa yang kau irikan dari bulan, hum? Kalau kau mau tahu, bulan sebenarnya tidak lebih terang daripada dirimu. Dia terlihat terang hanya karena di sekitarnya tidak ada yang lain selain hamparan langit hitam. Tidakkah kau tahu bahwa sebenarnya bulan ingin sekali bisa sepertimu? Jadi, sudahilah sesuatu seperti "Aku ingin seperti bulan!", "Seandainya aku bulan!", "Ah, ya memang aku tidak bla bla bla." Ayolah... manusia diciptakan dengan kodratnya. Sekali-kali, hargai perjuanganmu, hargai dirimu sendiri. Berbahagialah dengan apa yang kau capai, apapun itu. Bisa jadi hal yang kau anggap sepele adalah suatu yang luar biasa yang tidak pernah orang lain dapatkan. Adakalanya merasa puas itu penting, you know...

Contohnya saja :
- Berapa banyak nasi yang sudah kau sisihkan selama hidupmu? Bisa kau hitung? Tidak? Tentu saja! Bagaimana mungkin bisa dihitung karena nasi itu jumlahnya banyak. Kadangkala kita tidak sadar telah membuang hal kecil yang bisa menjadi nyawa bagi seseorang. Yang kita tahu hanyalah "kita tidak mau, dan tidak mau berarti disisihkan." Bayangkan saja, nasi yang kamu sisihkan selama hidupmu itu bisa untuk menghidupkan berapa nyawa walau dalam hitungan hari. Kita sudah diberi anugerah dan kemudahan oleh Yang Maha Kuasa, sedangkan di luar sana ada banyak nyawa yang hilang karena kelaparan. Masihkah kita ingin menghamburkan nikmat yang kita miliki?

Itulah tadi. Aku tidak berniat menasehatimu, karena nasehat ini juga untuk diriku sendiri dan siapapun yang merasa ingin dinasehati.
"Janganlah kamu meremehkan sesuatu walau sekecil apapun. Sebab meremehkan sesuatu bisa jadi lebih merendahkan orang lain dibanding dengan menghina seribu orang sekalipun."

2. Matahari bisa jadi terlalu panas! 
- Setiap orang selalu menggumamkan betapa cerahnya hari ini, ketika matahari benar-benar bersinar dengan terang. Lalu ketika siang, banyak yang akan mengeluh betapa panasnya hari itu dibanding mensyukuri bahwa hari itu tidak ada hujan badai (misalkan). -
Seperti itulah orang lain melihat orang sepertimu. Mereka mengharapkan kedatanganmu, sebab kamulah sang happy synthesizer (dih, mirip judul lagu). Kamu penular kebahagiaan, sebab semua yang kau rasakan bisa dengan mudah terukir di wajahmu. Seperti kata orang, "orang bisa bahagia hanya dengan melihat orang lain bahagia.". Walau begitu, adapula orang yang iri padamu, bahkan bisa jadi membencimu. Itu semua wajar, karena kita tidak diciptakan sebagai manusia yang sempurna. Mungkin memang adakalanya kamu bersikap over-acting atau over-reacting, tapi jika itu tidak membuat risih orang lain, so what? Tapi kalau itu mulai membuat risih orang lain, mungkin lebih baik jika kamu turunkan kadarnya sedikit. Tidak perlu dihilangkan, tapi cukup diturunkan. Karena kalau kamu menghilangkannya, maka kamu sudah kehilangan satu ciri khasmu, dan kamu tidak akan menjadi kamu tanpa chiri khasmu. Iya kan? Intinya, jika itu tidak membawa keburukan maka tidak ada salahnya untuk mempertahankan, tapi jika memang lebih banyak keburukan dibanding kebaikan yang dibawa, maka buang saja! buang yang jauh-jauh!!

Aku mendapatkan kata-kata ini dari film Frankeinstein (yang baru, yang ceritanya tentang frankeinstein berusaha melindungi dunia manusia dari iblis neraka yang berniat membangkitkan kaumnya).
"You're what you're thinking."
Artinya : Kamu adalah apa yang kamu pikirkan.

Kamu adalah apa yang kamu pikirkan, dan pikiran itu pasti (entah kapanpun itu) akan dibuktikan dengan tindakan. Seperti jika kamu berpikir kamu adalah sang juara, maka sebenarnya kamu memang sang juara. Selanjutnya, pikiran itu akan membuatmu senantiasa berusaha karena kamu adalah sang juara, kamu ingin menjadi sang juara, ketika kamu ingin menjadi sang juara, maka kamu harus seperti sang juara. Mengerti? Kuharap iya. Hahaha~

Oh ya, pikiran pernah dengar tidak kalau pikiran satu orang dengan orang yang lain itu sebenarnya selalu sinkron? Tidak, lupakan saja. Tapi yang jelas, ketika kamu selalu berpikir bagaimana kamu berusaha untuk menjadi pusat perhatian, maka yang terlintas di kepala masing-masing orang juga sama. Yakni bagaimana kamu ingin kamu diperhatikan. Ada yang mungkin menemukan hal itu mengganggu, ada yang secara sederhana "hanya memperhatikanmu" tanpa mempedulikan apapun alasannya, ada yang mungkin memperhatikanmu dan menyadari seluruh tindakanmu dimana di waktu yang sama juga memaklumimu. Jadi, pandai-pandailah berbaur. Walaupun kau ini matahari, tapi jangan terlalu self-centered, atau self-concerned berhubung kamu harus ingat bahwa cahaya milikmu itu bukan hanya kamu seorang yang menikmati. Lagipula, kita ini manusia heterogen kan? Bayangkan aja kalau kita homogen alias sama penampilan, sifat, fisik, dan sebagainya. Apa tidak mengerikan?


3. Side look!
- Matahari selalu tampak begitu sendiri dibanding bulan. Benarkah? -
Ada saat ketika kamu terlalu mengagumi seseorang, atau saat ketika kamu sangat iri terhadap seseorang ketika mendapatkan sesuatu.. di saat itu kamu selalu menganggap betapa naasnya nasib kamu, atau hanya pundung karena gagal mendapatkan sesuatu. hey, hey! tidakkah kamu tahu sudah ke stage berapa kamu sekarang? As you know... tidak ada salahnya untuk menjadi runner-up dalam suatu perlombaan, tidak ada salahnya untuk menjadi baik terlepas dari terbaik, bahkan tidak ada salahnya jikapun gagal dalam sesuatu yang tengah kita usahakan. jangan khawatirkan itu, lihat dari sisi sebaliknya. Menjadi runner-up itu tidak buruk, sebab kau tahu bahwa kau punya tujuan besar yang ingin kau raih, yakni menjadi nomor satu di perlombaan selanjutnya. Begitu pula ketika kamu gagal melakukan sesuatu. Sudahlah, jangan ingat-ingat terus kata "gagal" itu. seperti kata para enterpreneur dan motivator ternama, cobalah ganti kata "gagal" dengan "belum berhasil". Satu makna, beda kata, dan beda hasil. Mungkin benar kalau gagal dan belum berhasil sebenarnya tidak berbeda, tapi setidaknya dengan kamu tidak bilang "gagal" itu berarti kamu tidak membunuh hati / semangatmu. Karena kenapa? sudah jadi tabiat kita sebagai manusia memang yang suka meng-enterpretasikan kata gagal dengan titik akhir, jurang, dan bla bla bla sebagainya. Padahal... enggak kan? Entah kadang kupikir bukan kehidupan yang semakin susah, tapi kita yang berlebihan memaknai suatu artian. Malah tidak jarang kita mengabaikan side looknya.

Ya, lihat? Matahari sebenarnya tidak kesepian. Dia tidak pernah sendiri, karena bulan dan bintang selalu bersamanya walau tidak terlihat. Dan baiknya, matahari tidak pernah mengeluh. Kenapa? Karena ia yakin bahwa teman-temannya (bintang dan bulan) tidak akan meninggalkannya. Dia hanya menghilang (atau lebih tepatnya tidak kentara) untuk beberapa saat, tapi bukan berarti dia benar-benar pergi bukan?
---

Oke, cukup itu dulu... sepertinya postingan saya kali ini kembali absurd!
Yah, sudahlah,,, mau bagaimana lagi? Kalian tidak protes kan? Hahaha~ #abaikan saya.

Sebelum pergi...
All Credit Picture to ITS RIGHTFUL OWNER. :)

Bye-bye!

0 komentar:

Posting Komentar