Define Yourself

Who are you now or later, the choice is yours.

Selasa, 06 Mei 2014

Journal #05 - Amarah

Assalamu'alaikum.. Hai, apa kabar semua?


Sedikit terinspirasi dari emosi yang sedang kualami, a.k.a marah. (sebenarnya aku menulis ini masih dalam keadaan setengah marah. tapi, insha allah sekarang sudah agak mendingan).




Oh ya, awalnya aku berniat untuk memasukkan ini pada jurnalku. Tapi karena kupikir agak aneh. (di samping aku sendiri tidak mengerti kenapa aku membuat jurnal itu, mungkin suatu saat akan kuubah seluruhnya. mungkin). Jadi, aku memasukkannya pada tag ini. Islamic article. Atau mungkin sebaiknya kuberi kedua label saja ya? Tidakkah itu terdengar lebih adil?

Dan Oh! Kuharap ini bisa membantu bagi kalian yang sedang merasa marah seperti saya. Ku ku ku~

Marah itu ada dua jenis, yakni marah dalam rangka kebaikan (seperti ibu marah karena anaknya tidak patuh). Marah dalam rangka ini bisa dimaklumi. Namun, ada juga marah yang bersifat tercela, bahkan bukankah sebenarnya marah itu sendiri selalu bersifat / menjurus ke perbuatan yang tidak baik?

Baiklah, tidak perlu kuberikan definisi kata marah, karena semua orang pernah merasa marah dan aku tidak perlu menjabarkannya sebab kalian sendiri sudah mengalaminya. (meski itu hanya sekali dalam masa hidupnya, atau saat kecil hingga seseorang lupa, yang jelas selama ia merupakan makhluk bernama manusia maka jawabannya adalah pernah). Marah itu sendiri adalah suatu hal yang wajar, karena itu adalah bagian dari emosi manusia. Emosi itu datangnya dari nafsu seseorang yang merasa tidak puas dan ingin menentang agar pihak lain bisa mengganti tindakannya agar seseorang itu merasa puas. Kalau boleh kugambarkan sedikit, menurutku gambar grafiknya akan jadi seperti ini :

Jadi, berawal dari hati yang kacau yang pokoknya kayak benang ruwet yang kemudian nafsu membentuknya menjadi kecewa, perasaan tidak puas, dan sesal.

Eh, jangan kira orang yang sedang marah itu tidak merasakan sesal ketika ia marah!

Justru sebaliknya, kadang-kadang mereka hanya terlalu menyesal sehingga rasa sesal itu menjadi bahan bakar untuk membakar si api amarah itu sendiri. Tapi ya,,, kebanyakan alias pada umumnya sih, "boro-boro menyesal, marah aja belum kelar." sehingga seperti yang kita tahu bareng-bareng yakni ungkapan yang mengemukakan bahwa "menyesal itu datangnya di akhir". Alias nunggu ending dahulu baru ada sub cerita dengan judul besar bertuliskan "ANDAI AKU..."


Pernah ada yang bilang ke saya, "kalau kamu merasakan rasa kecewa dan sebagainya, ungkapkan saja. jangan dipendam sendiri. tidak baik." Dan berhubung karena saking keras kepala, pelupa atau malah saking EGePe nya saya, saya jarang menceritakan hal-hal mengenai "Masa ketika saya..." (kecuali ketika ada yang bertanya dan ketika saya benar ingin menjawab). Ini adalah penyakit saya, jangan ditiru.

Sebut saya gila, karena kenyataannya saya pernah menasehati diri sendiri :
If you can't bear it, then just go! talk to others! And if you really sure you can bear it, then just bear it but don't you ever try to deceive others.
---
Artinya : Kalau kamu tidak bisa menahannya (menahan emosi seperti marah, gundah, sesal, dkk), maka pergilah! bicara pada orang lain! Dan kalau kamu benar-benar yakin bisa menahannya, maka silakan saja untuk menahan perasaan itu, tapi jangan pernah mencoba untuk menghindari orang lain.

Itu benar, saya lebih memilih untuk pergi menghilang dari hadapan orang daripada marah-marah tidak jelas. Karena ini adalah cara saya untuk meredamnya. Jika tidak saya redam, amarah itu akan menjadi bom waktu untuk entah pribadi saya sendiri maupun orang lain di sekitar saya. 

Saya yakin kalian pasti punya cara tersendiri untuk meredam amarah kalian. Misalnya dengan menulis diary, mendengarkan musik, atau bahkan tidur (kalau sudah benar-benar akut, biasanya). Tapi saran saya, jika hal itu bisa bahkan butuh diceritakan kepada orang lain (dengan kata lain harus curhat, berhubung kita adalah makhluk sosial), maka silakan saja untuk curhatkan isi hati kalian. Tidak apa-apa, tidak menjadi masalah. Itu akan membantu mengangkat beban kalian. Yang penting alakadarnya saja. Jangan sampai ke hal-hal yang super privat. khusus yang satu itu, biarlah kalian sendiri dan Allah yang tahu. Oh ya, Allah adalah sebaik-baik tempat curhat, you know... Jadi, jangan fokusin curhat ke teman-teman kamu. Always jadikan curhat ke Allah sebagai prioritas nomer 1, juga mintalah pertolongan kepada Allah supaya dikuatkan hati dan imannya supaya bisa mengatasi yang namanya amarah sehingga tetap senantiasa sabar dan tawakal. Ingat...




Oke, kembali ke topik kenapa saya bilang amarah adalah bom waktu.
Kenapa begitu?

Karena marah itu ibarat gerhanat (atau granat?). Siap diambil pemicunya, siap nunggu dilempar, dan tinggal nunggu kapan meledaknya. Soal nanti yang kena ledakan mau siapa, kadang-kadang kita hanya akan masa bodoh karena toh, yang penting gerhanat (atau granat?) itu sudah meledak dan ledakan dari granat yang kita lempar itu (sementara, dan beruntungnya) tidak mengenai kita. Kita bisa berbangga hati kabur begitu saja. Bukankah itu yang kita lakukan? Haha, ngaku saja. Pasti ada di antara kalian yang begitu marah langsung ngumpet ke kamar, nyalahin orang lain, nulis di buku harian, mengutuk dunia dengan ratusan bahkan ribuan sumpah serapah, atau kalau nggak ya kabur sementara dari rumah. Iya apa iya? Hohoho...


 Mending sih, kalau marahnya masih normal. Kalau sampai membanting pintu, atau benda lainnya..? Nah, kan malah jadi merepotkan. Hayoo...

Kalau pintu kamu rusak, yang repot siapa?
* Pasti kamu sendiri karena kamu tidak punya pintu lagi, lalu keluargamu ikut susah karena harus manggil tukang, lalu tukangnya juga ikut repot karena harus memperbaiki kesalahanmu (yakni merusak pintu), mana jangan-jangan rumah kamu jauh, dan kerjaan pak tukang cuma betulin pintu doang. Mana kalau suatu saat kamu marah lagi, pak tukang harus benerin lagi, apa enggak ill feel apa pak tukangnya? Nanti kalau ibu kamu jadi enggak percaya sama pak tukang lalu mengganti pak tukang, lalu pak tukang yang baru ternyata dianggap sama saja, lalu mencari yang baru, lalu kejadian yang sama terulang lagi. Tidakkah kamu nantinya akan merasa lebih bersalah?

Jadi begitulah... sebagaimanapunnya amarah kita, tetap saja menahan amarah adalah hal paling baik, paling utama yang bahkan sudah dinasehatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

(yang di bawah ini nyomot dari http://pustakaimamsyafii.com/jangan-marah-kamu-akan-masuk-surga.html)

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan agar orang yang marah untuk duduk atau berbaring. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ.

"Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah ia berbaring" [7].

Ada yang mengatakan bahwa berdiri itu siap untuk balas dendam, sedang orang duduk tidak siap untuk balas dendam, sedang orang berbaring itu sangat kecil kemungkinan untuk balas dendam.

Maksudnya ialah hendaknya seorang muslim mengekang amarahnya dalam dirinya dan tidak menujukannya kepada orang lain dengan lisan dan perbuatannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan apabila seseorang marah hendaklah ia diam, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ.
"Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam" [8].

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluarlah darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar dan ia akan menyesal karenanya ketika marahnya hilang. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

 

Rasulullah juga pernah bersabda :

  لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah".


Juga dengan firman Allah Ta’ala:

"…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan" [Ali ‘Imrân/3 : 134]

 ---
.
.
.
Tuh kan... 
"Innallahama'as shoubirin."
Artinya : sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Maka dari itu stop marah-marah! Tidak perlu dibuang, karena... memangnya kalian bisa tidak marah? Jadi, bukan kita harus membuang amarah, tapi memadamkan amarah itu dengan suatu hal yang terpuji. Inshaallah setelah ini saya akan post kan tentang tips untuk mengobati marah ya... Insha Allah..

Jadi...
Mau tidak jadi temperamental?
Mau tetap sehat wal afiat dengan hidup yang terasa tenteram?
Mau terlihat ramah dan berjiwa muda?
Mau disayang Allah?

Gampang!
Salah satunya adalah dengan menjadi pribadi yang sabar!
Gampang kan?
Oh iya dong! Tentu saja! Makanya jangan sampai kamu kalah dari amarah ataupun hawa nafsu kamu yang lain ya... beneran loh ya...? Yakin? Oke, saya akan menjadi saksi dari kata hati kalian. :)

Sudah itu saja... semoga tidak berbelit-belit kayak benang ruwet.
Assalamu'alaikum...

Semua credit gambar langsung to the RIGHTFUL OWNER 










0 komentar:

Posting Komentar